BATALION ' R ' JIN KASUANG ' dari kiri kekanan : ? , Telly
Karepouan [ anak dari komandan BATALION Bpk FRANS KAREPOUAN ] , Frits
Malilangkay , Ocky Senduk , Ronny Senduk , Bobby Kaunang , Eddy Lumowa [
diatas kuda], yang jongkok pegang senjata Nico Mamuaya. Foto: Koleksi Erwin
|
Sepenggal Kisah Nyata Seputar Instruksi
Dhar-004/Aprev-Permesta
Oleh: Erwin Saderac Pioh
Secara singkat isi instruksi DHAR-004 adalah; pemindahan
pasukan ADREV-Permesta WK.III/Brigade Pancasila dibawah Kolonel (ADREV/Permesta)
W. Tenges yang berlokasi di Minahasa atau KDP-II ADREV-Permesta ke Wilayah
Gorontalo dan Sulawesi Tengah ke bekas Wilayah RTP-Anoa/ADREV-Permesta. Tetapi
instruksi ini akhirnya dibatalkan setelah berbagai pertimbangan oleh pucuk
pimpinan APREV-Permesta.
Tetapi sebuah lelucon terjadi seputar setelah pembatalan
instruksi DHAR-004. Di markas WK.III di Tangkunei para perwira WK.III dan
beberapa perwira staff KDPII/ADREV-Permesta berkumpul untuk pemberitahuan
mengenai pembatalan instruksi. Hadir waktu itu termasuk komandan-komandan
Batalion dari WK.III dan beberapa komandan unit-unit otonom. Tepat setelah
pemberitahuan pembatalan belum semua komandan Batalion hadir, yaitu; Komandan
Batalion R/”Jin Kasuang” Mayor (ADREV-Permesta) Frans Karepouwan. Pada saat itu
munculah ide Kolonel (ADREV/Permesta) untuk mengerjai Komandan Batalion R/”Jin
Kasuang,” dan memberi tahu yang lain di Markasnya untuk ikut skenerionya.
Tak lama Kemudian Komandan Batalion R; Mayor
(ADREV-Permesta) Frans Karepouwan dan peleton kawalnya muncul di markas WK.III
dan melapor ke Komandan WK.III; Kolonel (ADREV-Permesta) W. Tenges.
Terjadi Percakapan:
“Lapor Komandan (sambil memberi hormat), Batalion R/Jin
Kasuang melapor kesiapan ikut rapat Instruksi DHAR-004,” Mayor Karepouwan
melapor.
Kolonel Tenges (dengan raut wajah serius) berkata,
“Dipersilahkan mengambil tempat Mayor….” Dia lanjut bicara, “Begini Frans saya
jelaskan, sebelumnya anda sudah tahu-kan, lewat tembusan kawat sebelumnya
tentang rencana operasi ADREV-Permesta DHAR-004?
“Siap, komandan…” balas Mayor Karepouwan.
Kolonel Tenges lalu berujar, “Ini rinciannya;…Bahwa kita
pasukan WK.III harus hijrah ke wilayah pertempuran baru, ke tempat wilayah yang
telah di tinggalkan RTP-“Ular Hitam” dan RTP-“Anoa” ADREV/Permesta-tepatnya di
Gorontalo dan sebagian wilayah Sulawesi Tengah, kedua wilayah tersebut sekarang
ini sebagian besar-nya berada dalam pengawasan musuh, dan dalam pemenuhan
instruksi ini kita pasukan WK.III harus se-segera mungkin berangkat ke-sana!”
“Dan Frans, Batalion anda saya perintahkan berada paling
depan dari formasi Brigade WK.III, sekarang segera siapkan Batalion R untuk
persiapan operasi…”
“Komandan, ijin untuk bicara,” kata Mayor Karepouwan
sambil mengangkat tangan kanannya.
“Ya, dipersilahkan…”
“Komandan,…saya siap melaksanakan perintah, tapi coba
komandan pikir! Dari mana perlengkapan kita untuk kesana, apakah kita sudah
memiliki tambahan amunisi dan personel?? Kita Batalion R di daerah kasuang itu
saja sangat kesulitan logistik, untung-untungan diberikan makanan dari rakyat
sekitar yang bersimpati kepada pasukan ADREV-Permesta,…”
Dia juga bicara dalam dialek Manado, ”Eh masa komandan
nyanda tau? Torang di Batalion R kadang ja makang tentara
pusat(TNI-Jawa) kalo dorang lewat patroli pa torang pe daerah, kong skarang
dorang so jarang lewat,….kong bagimana torang mo pindah ke Gorontalo-Sulawesi
Tengah sekitar 400 kilo meter dari sini, apa tu KSAD so Gila?!
Kolonel Tenges dan lain-lainnya di Markas WK.III tertawa
terbahak-bahak. Sementara Mayor Frans masih dalam raut wajah serius terus
berbicara....
Tak lama setelah gelak tawa tersebut, Kolonel Tenges
memberitahukan yang sebenarnya. Bahwa Instruksi DHAR-004 telah dibatalkan, dan
untuk itulah rapat singkat itu diadakan.
Tak lama kemudian Mayor Frans Karepouwan berkata, “Kurang
ngajar, batal kote’ kwa…, sudah kalo bagitu kita deng pengawal pengawal so mo
bale ke Batalion, jang Tentara Pusat tahu kita nda ada di Batalion kong dorang
patroli.”
Kolonel Tenges balas berujar, “Iyo, Frans batal torang mo
pigi. Hehehehehehehehe kita cuma mo test pa ngana pe kesiapan.…
Oke dipersilahkan kembali ke Batalion.”
Setelah memberi hormat ke komandan WK.III Mayor Frans
Karepouwan segera melangkah keluar markas dan di ikuti peleton kawalnya sambil
masih mendengar tawa senda gurau dari beberapa staff WK.III.
Tak lama kemudian seorang Perwira Staff berseru, “Kalo
bagitu jang lupa Mayor Frans tangka banya banya tu TNI for Brigade pe
logistik.”
Suara gelak tertawa kembali terdengar sementara Mayor
Frans melangkah pergi. Sambil menggerutu dan berseru kepada mereka, dia
berkata, ”So Gila tu rencana DHAR-004! deng ngoni lei so saraf kurang da
tatawa!”
Tertawa pun semakin keras mengiringi langkah Mayor Frans
Karepouwan dan peleton kawalnya. Dia sempat berkata kepada anak buahnya,
“Kurang ngajar! Dorang Kolonel Tenges so beking badot pa kita ini hari.”
Pengawal-pengawalnya berusaha menyembunyikan senyum geli dan tak berani
tertawa.
Pada tahun 1958 sampai 1961, wilayah tugas Batalion R/
“Jin Kasuang”/WK.III/KDP-II ADREV-Permesta berada di ruas jalan antara
Tomohon-Tondano. Batalion pimpinan Mayor (ADREV-Permesta) Frans Karepouwan ini
sangat ditakuti oleh TNI di wilayah tersebut. Hampir semua patroli TNI di
wilayah tersebut diserang setiap berpatroli. Banyak personil TNI hilang di
daerah ini dan tak pernah diketahui lagi keberadaanya sekalipun telah dilakukan
pencarian setelah perang Permesta. Gara-gara itu, Batalion “R” ADREV-Permesta
itu dijuluki oleh TNI asal Jawa sebagai “Jin Kasuang,” sebuah kekecualian
nama julukan yang didapat bukan dari kalangan pasukan Permesta, atas keberanian
bertempur dan kengerian yang mereka timbulkan terhadap lawan. Kengerian yang
mereka timbulkan bukan tanpa sebab; beberapa sebab adalah perlakuan pasukan TNI
sendiri terhadap daerah pendudukan dengan menyiksa tawanan sampai mati,
melakukan pembunuhan terhadap rakyat sipil yang memberi makan pasukan Permesta,
dan perkosaan di desa-desa. Hal hal ini
dilakukan TNI karena semata-mata menutupi kekalahan mereka. Juga karena semakin
banyaknya korban di pihak mereka dan perang tak kunjung dimenangkan oleh
pasukan TNI/pemerintah pusat Jakarta, sekalipun TNI menguasai Kota-kota
Strategis di Sulawesi Utara dan Maluku Utara.
Dalam pertemuan dengan ex-Overstee (ADREV-Permesta) W.
Sigar yang kemudian pensiun Kolonel TNI, pada sebuah acara di tahun Januari
2004 di tempat dari ex-KSAD (ADREV-Permesta) H. N. V Sumual, W. Sigar
menjelaskan jumlah korban yang signifikan yang pernah dilihatnya dalam
Arsip-Arsip KOSTRANAS pada awal-awal 1980-an ketika beliau bertugas disana. Dari total unit-unit TNI-AD yang bertugas di perang
Permesta tercatat kehilangan kurang lebih 17,000 personil di luar dari mereka
yang luka-luka dan invalid. Dalam rincian tersebut juga disebut ada beberapa
batalion dari KODAM V/Brawijaya di isi kembali personilnya sampai 3-4 kali
karena pernah ada Batalion tersisa 1 kompi jumlah personilnya dari awal
diberangkatkan dari pulau Jawa. Bahkan ada kompi dalam Batalion yang pernah
tinggal Komandan Kompi-nya yang hidup.
Pasukan Batalion R/”Jin Kasuang” akhirnya dapat
ditertibkan akhir 1960 setelah sebuah kunjungan oleh Panglima KDP II/Minahasa,
Kolonel (ADREV-Permesta) D. J Somba ke markas mereka. Dia memperingatkan mereka
untuk menghentikan bentuk-bentuk perang urat-saraf yang melampaui batas-batas.
Pada suatu hari, dalam sebuah jamuan makan di Markas Batalion R/”Jin Kasuang,” Panglima KDP II/Minahasa Kolonel (ADREV-Permesta) D.J Somba tidak memakan makanan yang disiapkan. Dia khawatir jangan menu makanannya mengandung daging Tentara Pusat/Jakarta. Sambil tetap memperhatikan Komandan Batalion R/”Jin Kasuang” melahap makanannya, panglima Somba memperingatkan bahwa dia akan meninju mereka apabila kedapatan atau ada laporan tentang cara-cara mereka tersebut.
Pada suatu hari, dalam sebuah jamuan makan di Markas Batalion R/”Jin Kasuang,” Panglima KDP II/Minahasa Kolonel (ADREV-Permesta) D.J Somba tidak memakan makanan yang disiapkan. Dia khawatir jangan menu makanannya mengandung daging Tentara Pusat/Jakarta. Sambil tetap memperhatikan Komandan Batalion R/”Jin Kasuang” melahap makanannya, panglima Somba memperingatkan bahwa dia akan meninju mereka apabila kedapatan atau ada laporan tentang cara-cara mereka tersebut.
Rupanya
Tinju Kolonel (ADREV-Permesta) D. J Somba lebih ditakuti Batalion R/Jin
Kasuang. Mengingat, konon tinju Kolonel (ADREV-Permesta) D.J Somba
pernah membuat seekor sapi pusing dan roboh. Sekali saja sang Kolonel meninju,
sapi itu roboh!

Tidak ada komentar:
Posting Komentar